Breaking News

Tuesday, November 5, 2013

Nash Al-Quran dan Hadits Yang Samar Maksudnya




SIKAP ULAMA SALAF DAN KHALAF TERHADAP NASH AL-QUR'AN DAN HADITS YANG SAMAR MAKSUDNYA

و كل نص أوهم التشبيها ### أوله أو فوض و رم تنزيها

Artinya: 

“Dan setiap nash yang dapat menimbulkan kesalahpahaman tentang penyerupaan Allah dengan makhluk, maka lakukanlah ta’wil atau tafwid dan hendaklah engkau bertujuan memahabersihkan Allah dari sesuatu yang tidak pantas bagi-Nya”.

{ Bait No. 40 dari Kitab Ilmu Tauhid "Hasyiyah Al-Imam A-Baijuri 'ala Jawharah At-Tauhid" karya Imam Ali Jum'ah, halaman 156, cetakan "Darussalam", Mesir.}

PENJELASAN BAIT NO. 40:


Dalam menyikapi setiap nash dari Al-Qur’an dan Hadits yang dikuatirkan dapat menimbulkan kesalahpaaman tentang penyerupaan Allah dengan makhluk, maka para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah berijtihad melakukan ta’wil. Hanya saja ulama salaf (1-300 H.) dengan “Madzhab as-Salaf (مذهب السلف) atau “Thariq as-Salaf (طريق السلف)”-nya berijtihad melakukan “Ta’wil Ijmali (Ta’wil Global)”, yaitu dengan cara menggunakan lafadz nash secara dzohirnya lafadz namun tidak mengi’tiqadkan Allah serupa dengan makhluk. Kemudian, tujuan yang dimaksud oleh nash tersebut diserahkan langsung kepada Allah SWT semata (tafwid). Contoh: 
الرحمن على العرش استوى
Ulama Salaf mengatakan: Istiwa’ tidak kami ketahui maksudnya.

Sedangkan, ulama khalaf dengan “Madzhab al-Khalaf (مذهب الخلف) atau “Thariq al-Khalaf (طريق الخلف)”-nya berijtihad melakukan “Ta’wil Tafshili”, yaitu dengan cara menjelaskan makna yang dimaksud oleh nash Al-Qur’an dan Hadits yang samar tersebut, sehingga jelas maksudnya dan tidak menyerupakan Allah dengan makhluk. Dengan demikian, umat Islam akan selamat dari kesalahpahaman dalam rmemahami nash tersebut. Contoh: 
الرحمن على العرش استوى

Ulama Khalaf mengatakan: Yang dimaksud dengan firman Allah ta’ala itu adalah “Al-Istila’ (artinya: Menguasai)” dan “Al-Mulku (artinya: Merajai)”.

Jalan ta'wil ini sesuai dengan Firman Allah dalam Surat Ali 'Imran {3}: 7 sebagai berikut:

هُوَ ٱلَّذِيۤ أَنزَلَ عَلَيْكَ ٱلْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ في قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ٱبْتِغَاءَ ٱلْفِتْنَةِ وَٱبْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ ٱللَّهُ وَٱلرَّاسِخُونَ فِي ٱلْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ ٱلأَلْبَابِ

ARTINYA:

"Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat[183], itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal."


Dengan demikian, jalan yang ditempuh oleh ulama salaf dan ulama khalaf ini kedua-duanya benar. Namun, yang paling unggul adalah jalan yang ditempuh oleh ulama khalaf, dikarenakan perkembangan pemikiran umat Islam semakin ke depannya semakin kritis. sehingga dikuatirkan nantinya umat Islam akan salah memahami nash tersebut yang masih samar maksudnya, seandainya tidak dita’wil dengan “Ta’wil Tafshili”.

No comments:

Post a Comment

Designed By Published.. Blogger Templates